Advertisement
Oleh : Anton Sunanton
Jurnalist Kab Kuningan
SELAMA dunia ini berputar dari porosnya kemungkinan korupsi tidak akan berhenti dengan sendirinya sebab korupsi terkesan sudah menjadi budaya secara turun temurun.
Ketika para alumni koruptor bebas menjalani sebagai narapidana dipenjara KPK maka bermunculan generasi penerus koruptor, sepertinya penjara dimata sang generasi koruptor bukan sebuah hal yang menakutkan tapi mereka menganggap sebuah tempat untuk beristirahat dan bertobat walaupun hanya sesaat, sepulangnya dari penjara KPK kemungkinan pewaris koruptor tersebut berulah lagi dengan modus yang berbeda.
Koruptor sudah berkembang dan ada dimana - mana, hanya ada kelaster yang membedakan dan tentunya sesuai dengan jumlah nominal yang ada, bayangkan aja setingkat kepala bidang disebuah SKPD (satuan kerja perangkat daerah) atau dinas memiliki kekayaan yang cukup wuaaaah ...! rumah mewah dan besar serta sejumlah mobil berikut sepeda motor bermerk dengan harga mahal, apakah itu hasil dari gaji atau warisan dari orang tuanya ? yaaah .. kita bisa menilai seperti apa dan bagaimana ?
Yang jelas dengan bermunculan koruptor berusia muda ini adalah warisan dari para senioritasnya, sayang nya KPK hanya ada dipusat, seandainya KPK membuka cabang didaerah tentunya ceritanya akan lain, tikus - tikus berdasi minimal sedikit takut untuk maling uang negara atau uang rakyat.
Penulis berharap kepada generasi koruptor dari mulai tingkat desa, kabupaten/ kota, provinsi bahkan sampai pusat sebaiknya hentikan dan kita hindari bujukan syetan untuk berbuat melanggar hukum, harga diri dan nama baik keluarga begitu jatuh ketika sang koruptor memakai rompi warna kuning dengan tulisan dibelakang tahanan KPK, masya alloh ... kasihan dia jadi sampah masyarakat. ***