03 June 2017, 16:03 WIB
Last Updated 2017-06-08T14:23:14Z
ISU

Kapolres Solok Dicopot

Advertisement
Korban persekusi ormas FPI dan ormas Islam lainya, dokter Fiera Lovita Sari
MEJAHJIAU.NET, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mencopot Ajun Komisaris Besar Susmelawati Rosya dari jabatannya sebagai Kapolres Solok, Kota Padang, Sumatera Barat, demikian Surat Telegram Kapolri Tito Karnavian Nomor ST/1408/VI/2017 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan Polri, Jumat, 2 Juni 2017.

Pencopotan Rosya, nampaknya sebagai pemenuhan janji Kapolri yang akan mencopot anggotanya yang tidak menindak tegas pelaku main hakim sendiri (persekusi) yang dilakukan sejumlah oknum anggota FPI kepada dokter Fiera Lovita Sari.

Sedangkan sebagai penggantinya diangkat Ajun Komisaris Besar Dony Setiawan, yang sebelumnya menjabat Kanit II Subdit IV Direktorat Tipidnarkoba Bareskrim Polri. 

Seperti banyak diberitakan media, seorang dokter asal Solok bernama Fiera Lovita Sari telah menjadi korban persekusi oleh sejumlah anggota Ormas, terutama FPI di Solok, sebab sebuah unggahan status korban di media sosial Facebook, tentang pandangan dan pendapatnya mengenai kasus dugaan chat mesum pimpinan FPI, Rizieq Shihab. 

Adapun statusnya berbunyi:
"Kalau tidak salah, kenapa kabur? Toh ada 300 pengacara n 7 juta ummat yg siap mendampingimu, jangan run away lg dunk bib” “kadang fanatisme sudah membuat akal sehat n logika tdk berfungsi lagi, udah zinah, kabur lg, masih dipuja & dibela” “masi ada yg berkoar2 klo ulama mesumnya kena fitnah, loh...dianya kaburr, mau di tabayyun polisi beserta barbuk ajah ga berani,” tulis Fiera, pada periode 19-21 Mei lalu. 

Fiera menuturkan status di akun Facebook miliknya itu lalu ramai disebarkan oleh banyak orang, bahkan ditambahkan dengan kalimat-kalimat provokasi lainnya, sehingga menyebabkan dia mendapatkan intimidasi dan teror dari sejumlah pihak. 

Namun ketika kasus ini dilaporkan ke Polres Solok, penanganan yang dilakukan polisi tidak tegas, dan malah mengarahkan kepada suatu perdamaian. namun demikian teror dan intimidasi tetapsaja diterimanya dri pihak-pihak tertentu, sehingga Fiera dan kedua anaknya memtuskan meninggalkan kediamannya di Solok, Sumatera Barat, karena terus diburu oleh orang-orang yang menganggap dirinya telah menghina ulama lewat statusnya di Facebook.

"Beberapa orang termasuk dari LBH Kota Padang mengatakan postingan saya tidak bisa dituntut secara hukum sama sekali, karena tidak menyebutkan nama dan tidak ada foto," ujarnya dalam konferensi pers, di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta, Kamis, 1 Juni 2017. 

Menurut Fiera, pihak-pihak yang melakukan intimidasi itu juga berani memburunya karena memandang posisi dia yang lemah, sebagai seorang perempuan.

Fiera Lovita pun tak hanya mendapat tekanan dari netizen, tetapi ia juga mendapat tekanan dari sejumlah ormas semisal GNPF, MUI, FPI, Forum Mubaligh Kabupaten dan Kota Solok (FMKKS), Ikadai Kota Solok dan sejumlah ormas lainnya.

"Mungkin karena saya perempuan. Padahal banyak yang statusnya lebih ekstrem dari saya, tetapi tidak diapa-apakan. Tetapi karena saya perempuan, malah ditarget.

Bahkan menurutnya, tindakan intimidasi yang dilakukan kepadanya dilakukan dengan sistematis dan terorganisir. 

"Saya berharap kasus ini cukup sampai di sini, saya ingin hidup aman dan tenang dengan anak-anak dan bisa bekerja seperti sedia kala," kata Fiera.





*/me