DCS ( Daftar Calon Sementara ) anggota DPRD Kota banjar

DCS ( Daftar Calon Sementara ) anggota DPRD Kota banjar
KPU Kota Banjar

DCS ( Daftar Calon Sementara ) anggota DPRD Kota banjar

DCS ( Daftar Calon Sementara ) anggota DPRD Kota banjar
KPU Kota Banjar

23 April 2018, 11:20 WIB
Last Updated 2018-04-23T04:20:15Z
ISU

Penderita HIV/AIDS di Kota Banjar Meningkat 3 Kali

Advertisement
Suasana Rapat Penanggulangan HIV/AIDS di Ruang Rapat II Sekda Kota Banjar, Senin (17/4). (Foto: MH/Anggoro)
MEJAHIJAU.NET, Kota Banjar - Penderita HIV/AIDS Kota Banjar meningkat tajam hampir 3 kali lipat, yang pada tahun 2015 hanya berjumlah 98 orang, tetapi pada tahun 2018 tercatat sebanyak 287 penderita.

Hal itu diungkapkan oleh Bagian Pengelolaan Program KPA (Komisi Penanggulangan HIV/AIDS) Kota Banjar, Boni Mastiolani, kepada suaraanakbangsa.com, Senin, 23 April 2018.

"Berdasarkan data terakhir yang dihimpun bulan pada bulan Maret 2018 tercatat sebanyak 287 orang penderita HIV/AIDS. Dan peningkatan paling signifikan terjadi di periode tahun 2015 hingga 2017 yakni sebanyak 240. Sebelumnya di tahun 2015 hanya 98 penderita, Naik 2x lipat di tahun 2016 menjadi 198 orang," ungkap Boni.

Kemudian, ia melanjutkan, Sejak 2015 perkembangan semakin meningkat drastis, sementara itu kepedulian masyarakat dan pemerintah kurang kurang sehingga berdampak pada peningkatan jumlah pengidap penyakit ini, katanya.

KPA Kota Banjar sendiri sudah berkoordinasi dengan OPD terkait, karena semua OPD dan instansi di Kota Banjar adalah anggota KPA, namun peran serta mereka masih minim.

Boni juga mengungkapkan soal persebaran penderita HIV/AID.

"Kendala yang kami rasakan sampai saat ini yaitu dari perseberanya sendiri, jika persebaranya itu menjadikan pengawasan menjadi berkurang. Kami berharap peran serta seluruh elemen masyarakat untuk mensosialisakikan tentang ini," harap Boni.

Sementara itu ASDA II Sekda Kota Banjar, Agus Eka S, ketika memimpin Rapat Koordinasi Penanggulangan HIV/AIDS di ruang rapat II sekda Kota Banjar, pekan lalu, mengatakan keprihatinanya atas meningkat jumlah penderita HIV/AIDS.

Ia menambahkan, posisi geografis Kota Banjar yang berada pada titik persimpangan, cukup berpengaruh atas peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS.

"Kota Banjar berada pada titik persimpangan. Jadi, jika ada perubahan di daerah lain termasuk penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya dan Saritem di bandung, juga berdampak pada Kota Banjar," jelas Agus.

Walau dia akui bahwa, secara kultural perilaku sex menyimpang sudah menjadi budaya pada masyrakat.

Rapat Koordinasi Penanggulangan HIV/AIDS, kata Agus, sudah menjadi agenda tahunan Pemkot Kota Banjar, terutama bidang Kesra dan KPA.


.ao/me