DCS ( Daftar Calon Sementara ) anggota DPRD Kota banjar

DCS ( Daftar Calon Sementara ) anggota DPRD Kota banjar
KPU Kota Banjar

DCS ( Daftar Calon Sementara ) anggota DPRD Kota banjar

DCS ( Daftar Calon Sementara ) anggota DPRD Kota banjar
KPU Kota Banjar

25 April 2018, 09:23 WIB
Last Updated 2021-07-10T11:03:02Z
HeadlineperistiwaPOLISI

Miris.... Datang Terlambat Siswa Dihukum Kepsek Saling Pukul Pakai Sepatu Sampai Muka lebam

Advertisement
Ayah Rizki Ramdani, Ujang Ruhanda saat melaporkan kekerasan yang dialami anaknya di SMKN 2 Kota Banjar ke KPPA Polresta Kota Banjar, Sabtu (21/4). (Foto: MH/Anggoro)
MEJAHIJAU.NET, Kota Banjar - Kekerasan di dunia pendidikan kembali terjadi, kali ini terjadi di SMKN 2 Kota Banjar, Jawa Barat. 

Sedikitnya ada enam siswa menjadi korban kekerasan yang dilakukan sang kepala sekolah. Salah satu korban, Rizki Ramdani siswa kelas 1 jurusan TGB (Tehnik Gambar Bangunan) yang mengalami lebam di pipinya.  

Menurut keteranganya ada sebanyak enam siswa yang dihukum bersamanya.

Kejadian ini bermula saat Rizki dan temanya datang terlambat pada hari Jumat, 20 April 2018, pekan lalu, dan langsung diberi hukuman oleh kepala sekolah. Rizki mengaku dirinya di suruh jongkok dan membuka sepatu lalu di suruh saling pukul dengan temanya sendiri sampai rizki mengalami lebam di kedua pipnya.

"Awalnya karna kesiangan, trus saya dihukum, dihukumnya suruh jongkok sambil buka sepatu oleh kepala sekolah lalu diarahin berhadap-hadapan dengan teman, terus disuruh saling pukul pake sepatu, sampai memar wajah," ungkap Rizki saat ditemui di rumahnya di kawasan Desa Jajawar Kota Banjar yang didampingi kedua orang tuanya Sabtu 21 April 2018.

Selain itu menurut pengakuan korban ada juga siswa yang disuruh memukul kakinya sendiri oleh kepala sekolah, dan parahnya lagi kepala sekolah ikut memukul pake sepatu ke bagian kepala.

"Ada 5 orang yang mukul pake sepatu," kata Rizki.

Rizki menggambarkan perintah dari kepala sekolah, dengan nada trauma, lalu ia mempraktekan bahasa kepala sekolah sewaktu menghukumnya, dalam bahasa Sunda.

"Sok Geura buka sapatu, paharep-harep jeng babaturan, (ayo cepat buka sepatu, terus berhadap-hadapan dengan temanya)," kata Rizki menirukan kata-kata sang kepala sekolah. 

"Tras dibuka we sepatu ku abdi teh (terus saya buka saja sepatu), terus kepala sekolah nitah arahkeun kana bengeut bebaturan (memerintahkan arahkan sepatu ke wajah temen), terus digebukeun we ka muka (terus dipukulkan ke wajah), sebanyak 4 kali. Aya 3 pasang siswa anu dihukum kitu, (ada tiga pasang siswa yang dihukum seperti itu," jelas Rizki.

Setelah kejadian itu, Rizki menjadi enggan bersekolah, dan ingin pindah karena takut terulang kembali peristiwa tersebut. Rizki nampaknya mengalami tekanan psikologis yang cukup berat atas peristiwa itu.

Geram dengan itu, Ujang Ruhanda ayah korban melaporkan hal ini ke KPPA Polres Kota Banjar, ia meminta kasus ini agar diproses secara Hukum. Ujang mengaku belum menemui pihak sekolah karena saat itu libur hari Sabtu, ia berinisiatif untuk langsung melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian.

"Saya merasa miris atas apa yang dilakukan sang kepala sekolah. Anak saya menjadi trauma, dan enggan untuk melanjutkan sekolah dan ingin pindah dari sekolah tersebut," kata Ujang.

Ujang pun berharap sang kepala sekolah beritikad baik dengan meminta maaf kepada pihak keluarganya.

"Kami akan menerimanya (jika meminta maaf), dengan catatan kepala sekolah harus dipindahkan, karena jika tidak, maka anak-anak yang akan pindah sekolah," tegas Ujang.

Di tempat berbeda kepala sekolah SMKN 2 Kota Banjar, Drs Maman Sudirman yang ditemui di sekolah pada Sabtu (21/4) malam, menyangkal kejadian itu, menurutnya ia hanya menghukum anak yang datang terlambat dengan menyuruh anak itu memukuli kakinya sendiri.

"Saya hanya menyuruh anak-anak itu untuk memukuli kakinya sendiri, dan tidak menyuruh memukul muka mereka, bahkan saya kaget dengan photo yang saya terima, kondisi salah satu siswa sampai ada yang memar di wajahnya," bantah Maman.

Ia yang baru menjabat  kepala sekolah 1 bulan di SMKN 2 Banjar, yang sebelumnya menjabat kepala sekolah SMK 1 Rajadesa selama 4,5 Tahun, merasa tidak melakukan apa yang dituduhkan, dan ia mengaku berani untuk dikonfrontir langsung dengan siswa dan orangtuanya.


.ao/me