Tito Santiko
10 June 2025, 22:43 WIB
Last Updated 2025-06-10T15:43:24Z

Lapas Kelebihan Kapasitas, Kekurangan Dokter: Permintaan Bantuan Medis Segera Diajukan

Advertisement

 


Banjar , mejahijau.net  – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas IIB Banjar yang saat ini menampung 494 warga binaan dari kapasitas ideal 350 orang, tengah mengalami krisis tenaga medis. Saat ini, Lapas kelas IIB ini  tidak memiliki satu dokter pun yang bertugas   untuk menangani kebutuhan kesehatan ratusan narapidana.

“Kita sedang kekurangan personel medis dan dokter .Maka dari itu, dalam waktu dekat kita akan segera meminta bantuan tenaga medis dan dokter tersebut , baik ke pemerintah daerah maupun ke pusat,” ujar Kalapas Tutut Prasetyo, Selasa (11/6/2025).

Langkah cepat diambil dengan harapan pemerintah daerah dapat mengirimkan tenaga medis sementara untuk membantu pelayanan kesehatan dasar. Sementara itu, pihak Lapas juga sudah menyiapkan rencana jangka menengah dengan mengajukan permintaan penambahan dokter ke pemerintah pusat.

“Kita tetap berupaya agar pelayanan medis tetap berjalan. Jika kemampuan medis di Lapas tidak mencukupi, maka penanganan akan dilanjutkan ke rumah sakit,” lanjutnya.

Selain menghadapi tantangan medis, Lapas juga terus menjalankan pembinaan terhadap warga binaan. Salah satunya melalui kegiatan sosialisasi empat pilar kebangsaan, yang di pimpin langsung Kalapas bekerja sama dengan salah satu  dokter .

“Beliau sudah mengumpulkan petugas dan warga binaan, memberikan arahan soal empat pilar kebangsaan. Apa yang disampaikan sangat luar biasa. Ini jadi bekal penting dalam kehidupan bermasyarakat, baik bagi warga binaan maupun petugas,” ungkapnya.

Dengan jumlah penghuni yang melebihi kapasitas, pihak Lapas berharap pembinaan seperti ini dapat memperkuat karakter dan pemahaman kebangsaan warga binaan. Edukasi tersebut diharapkan tidak hanya dipahami, tapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama setelah warga binaan kembali ke masyarakat.

“Harapannya, pemahaman terhadap empat pilar bisa menjadi literasi sekaligus landasan moral saat mereka kembali hidup bermasyarakat,” tutupnya. (Tito)