Advertisement
BANJAR , Mejahijau.Net – Di tengah kemajuan pembangunan yang terus digaungkan, masih ada keluarga yang hidup dalam kondisi serba terbatas. Pasangan suami istri Kar’an dan Tati, warga RT 04 RW 02 Dusun Cibeureum, Desa Balokang, Kota Banjar, hidup di rumah yang sangat memprihatinkan.
Selama bertahun-tahun, rumah mereka menjadi saksi keteguhan menghadapi keterbatasan. Atap yang bocor dan dinding yang rapuh membuat keduanya selalu cemas setiap kali musim hujan tiba. Rasa khawatir itu bukan tanpa alasan — air sering merembes ke dalam rumah, membuat lantai becek dan mengancam keselamatan penghuni, terutama anak-anak kecil.
Yang lebih mengejutkan, rumah sederhana itu bukan hanya dihuni oleh Kar’an dan Tati berdua. Ada 10 anak, menantu, dan cucu yang tinggal bersama mereka dalam ruang sempit tersebut. Total 12 jiwa harus berbagi tempat tinggal di rumah yang jauh dari kata layak huni.
Kondisi ini mencerminkan betapa beratnya perjuangan keluarga besar Kar’an dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dengan penghasilan yang tidak menentu, mereka belum mampu memperbaiki rumah atau mencari tempat tinggal yang lebih aman.
Warga sekitar mengaku prihatin melihat keadaan keluarga tersebut. Banyak berharap agar pemerintah setempat bisa turun tangan memberikan bantuan, baik melalui program bedah rumah maupun bantuan sosial lainnya.
“Kalau hujan deras, kami tidak bisa tidur. Air masuk dari mana-mana,” ujar Kar’an dengan nada lirih.
Situasi ini seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Keluarga seperti Kar’an dan Tati tidak hanya membutuhkan bantuan sementara, tetapi juga solusi jangka panjang agar mereka bisa hidup dengan layak dan aman.
Kisah keluarga ini menjadi pengingat bahwa di balik pembangunan yang terus berjalan, masih banyak warga yang berjuang dalam kesunyian, menunggu uluran tangan agar bisa keluar dari lingkaran kesulitan.(T)


