Advertisement
BANJAR ,MEJAHIJAU.NET – Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Anom Kota Banjar terus menanggung kerugian besar akibat kebocoran pipa jalur distribusi utama yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Kerugian tersebut terjadi akibat air bersih hasil proses pengolahan yang menelan biaya tinggi terbuang sia-sia sebelum mencapai sambungan rumah (SR) pelanggan.
Direktur Utama Perumdam Tirta Anom Kota Banjar, E. Fitrah Nurkamilah, mengungkapkan bahwa tingkat kebocoran berada pada kategori berat. Pipa distribusi yang mengalami kerusakan karena usia dan pelapukan mencapai 21 kilometer. Kondisi ini membuat air bersih yang seharusnya masuk ke jaringan pelanggan justru keluar di tengah jalur distribusi.
“Pipa jalur distribusi yang mengalami kerusakan sepanjang 21 kilometer dengan tingkat kebocoran mencapai 39 persen. Kerugian akibat volume air yang terbuang dan tidak sampai ke SR pelanggan mencapai Rp 6 miliar hingga Rp 8 miliar per tahun,” ujar Fitrah.
Pernyataan tersebut disampaikan usai ekspos rencana kerja dan rencana anggaran Perumdam Tirta Anom Tahun Buku 2026 yang turut dihadiri Wali Kota Banjar H. Sudarsono, Wakil Wali Kota Banjar H. Supriana, Sekda Kota Banjar selaku Pengawas Perumdam Tirta Anom H. Soni Harison, serta jajaran OPD Pemkot Banjar. Paparan digelar di kantor IPA UF Perumdam Tirta Anom pada Jumat, 21 November 2025.
Menurut Fitrah, persoalan ini tidak hanya menimbulkan kerugian finansial miliaran rupiah, tetapi juga berdampak langsung terhadap pelayanan kepada pelanggan. Kebocoran membuat tekanan air tidak stabil sehingga suplai air ke rumah pelanggan tidak merata, bahkan sering terganggu.
Untuk mengatasi masalah kronis tersebut, Perumdam mengusulkan program revitalisasi pipa jalur distribusi utama. Nilai kebutuhan anggaran mencapai Rp 30 miliar. Fitrah menegaskan, pihaknya tidak meminta suntikan dana tunai, namun membutuhkan dukungan pemkot untuk pengadaan dan perbaikan infrastruktur agar pipa diganti total.
“Silakan pihak ketiga yang mengerjakan. Yang penting pipa diganti agar tidak terjadi kebocoran lagi,” ucap Fitrah.
Ia berharap proses revitalisasi dapat dimulai tahun 2026 dan dilaksanakan bertahap sesuai kondisi keuangan daerah. Skema yang diusulkan yaitu perbaikan 8 kilometer pipa pada tahap awal tahun 2026, kemudian dilanjutkan secara berkelanjutan hingga 2028.
“Kami tidak bisa menunda lagi karena kerugian yang ditimbulkan semakin besar setiap tahun. Revitalisasi bertahap adalah langkah paling realistis,” tegas Fitrah.
Dengan kondisi tersebut, Perumdam Tirta Anom menilai revitalisasi bukan hanya kebutuhan teknis, tetapi keharusan untuk menjamin kualitas layanan air bersih dan keberlanjutan bisnis perusahaan daerah ke depan. Jika tidak segera dilakukan, kebocoran dan kerugian diyakini akan terus membengkak dan membebani perusahaan serta masyarakat sebagai pelanggan.(T)

